RESPONSULTENG - Pakar klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, memberikan tanggapannya setelah kejadian angin kencang di Rancaekek, Jatinangor, Jawa Barat, viral dan diklaim sebagai 'tornado' pertama di Indonesia.
Erma, yang sebelumnya menyatakan kejadian tersebut sebagai tornado, tetap mempertahankan pendiriannya meskipun dibantah oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang lebih cenderung menggunakan istilah puting beliung.
Dia menjelaskan bahwa perbedaan utama antara puting beliung dan tornado adalah dalam skala kekuatan dan radiusnya.
Baca Juga: Peneliti BRIN Menyelidiki Angin Kencang di Rancaekek Sebagai Tornado Pertama di Indonesia
Puting beliung cenderung pada skala mikro (0-2 km), sedangkan tornado berada pada skala meso (lebih dari 2 km).
Erma menegaskan bahwa fenomena tornado dapat terdeteksi dari satelit jika skala kekuatannya mencapai meso, yang memudahkan prediksi.
Namun, dia juga menyatakan bahwa fenomena tornado yang terjadi di Rancaekek memiliki dampak kerusakan yang lebih luas dan parah dibandingkan dengan kasus sebelumnya.
Ini menjadikannya sebagai fenomena 'small tornado' pertama yang dapat dideteksi dari satelit.
Baca Juga: Tanggung Jawab AHY sebagai Menteri ATR: Tugas dan PR yang Harus Diselesaikan