Network
RESPONSULTENG - Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko, menguraikan arti dari permintaan maaf yang diungkapkan oleh calon presiden Prabowo Subianto pada penutupan Debat Terakhir Capres Pemilu 2024 di JCC Senayan, Jakarta, pada Minggu (4/2).
Menurut Budiman, permintaan maaf itu sungguh tulus dan dalam, ditujukan kepada semua pihak, termasuk pesaing dalam debat dan penyelenggara pemilu.
"Ini menunjukkan sifat kenegarawanan yang mendasar. Prabowo berdiri sebagai pemimpin bangsa, bukan pemimpin kelompok tertentu. Prabowo menegaskan bahwa lawannya bukan Anies dan Ganjar, sekeras apa pun perdebatan yang telah terjadi. Musuhnya adalah kemiskinan dan keterbelakangan," ujar Budiman dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Baca Juga: Khofifah Menyelenggarakan Sholawat dan Doa Bersama Jelang Masa Tenang, Prabowo Hadir
Dia menganggap bahwa debat terakhir capres-cawapres tersebut merupakan "ibarat ibu" dari seluruh debat politik di Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Prabowo memberikan penghormatan dan menampilkan kenegarawanan serta kepemimpinan.
Budiman menambahkan bahwa Prabowo adalah satu-satunya calon presiden yang terang-terangan menghargai jasa para presiden Indonesia sebelumnya.
"Dia menyoroti pentingnya kesinambungan, mengingatkan kita akan kontribusi yang telah dilakukan oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya, dan hal-hal yang dapat kita lanjutkan. Ini adalah suatu kontinuitas dari kemerdekaan Indonesia hingga saat ini," jelasnya.
Budiman menjelaskan bahwa ucapan terima kasih Prabowo kepada Presiden pertama RI Soekarno ditujukan karena mendirikan fondasi kebangsaan modern.
Baca Juga: Panduan Praktis: 10 Langkah Efektif Menaikkan Berat Badan Secara Sehat
