Eddy juga menjelaskan bahwa suhu yang tinggi di siang hari dan rendah di malam hari di kawasan tersebut dapat menciptakan kondisi bertekanan rendah, yang mempengaruhi pembentukan awan dan akhirnya dapat menghasilkan puting beliung.
Namun demikian, meskipun telah dilakukan analisis awal oleh BRIN, fenomena seperti puting beliung Rancaekek masih sulit diprediksi.
Hal ini disebabkan oleh terbatasnya data yang beresolusi tinggi serta pemahaman yang belum sempurna mengenai mekanisme pembentukan puting beliung.
Baca Juga: Prabowo Subianto: Strategi Inovatif untuk Peningkatan Kesejahteraan Sosial di Indonesia
Kepala Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Albertus Sulaiman, menekankan pentingnya pemahaman yang lebih mendalam tentang mekanisme pembentukan dan dinamika puting beliung.
Observasi yang lebih intensif juga dianggap perlu dilakukan untuk memahami fenomena ini dengan lebih baik.***