Perang Membayangi Acara G20 Saat Rusia Bertemu Saingan di Bali

- 8 Juli 2022, 06:40 WIB
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Denpasar
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Denpasar /Muhammad Basir-Cyio/Stanley Widianto/Reusters

RESPONSULTENG - Para menteri luar negeri G20 menuju ke pertemuan puncak bersama pada hari Jumat yang akan menempatkan beberapa pengkritik paling keras.

Kritikus itu akan menohok terkait dengan invasi Rusia ke Ukraina di ruangan yang sama dengan diplomat top Moskow, dalam pertemuan pertama sejak perang dimulai pada bulan Februari.

Dikutip Responsulteng.com dari laporan wartawan Reuters, Stanley Widianto, bahwa penggabungan pertemuan di pulau Bali Indonesia telah didominasi oleh perang dan dampaknya terhadap ekonomi global, dengan pejabat tinggi dari Eropa, Amerika Serikat dan Australia menekankan tidak akan ada "bisnis seperti biasa" di forum tersebut, tanpa mengatakan apa yang mungkin terjadi.

Baca Juga: INFO HAJI 2022: Jemaah Haji Indonesia Mulai Bergerak ke Arafah

Invasi Rusia telah mengaburkan kepresidenan Indonesia dari Kelompok 20 ekonomi terbesar tahun ini, dengan spekulasi boikot dari beberapa anggota dan pemogokan pada bulan April pada pertemuan menteri keuangan di Washington.

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi pada Kamis malam mengatakan penting bagi tuan rumah untuk "menciptakan suasana yang nyaman bagi semua orang" dan G20 adalah peluang untuk kemajuan.

"Ini adalah pertama kalinya, sejak 24 Februari, semua pemain utama duduk di ruangan yang sama," katanya, merujuk pada saat dimulainya invasi Rusia.

Baca Juga: Acara Balet Amal Diadakan Untuk Membantu Kelompok Tari Nasional Ukraina

Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS pada hari Kamis mengatakan penting untuk mencegah "gangguan atau interupsi" pada agenda G20, sambil memastikan tidak ada yang bisa melegitimasi "brutalisasi" Rusia terhadap Ukraina.

Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong pada hari Kamis menggambarkan tindakan Rusia sebagai "ilegal, tidak adil dan tidak bermoral", sebuah posisi yang akan dia jelaskan di forum tersebut.***

Editor: Muhammad Basir-Cyio

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah