Sosok Kaesang, Pemimpin Muda Bermental 'Baja' Lahir dari Orang Tua Bermental 'Litium'

- 8 Juli 2022, 19:00 WIB
Ilustrasi. Profil dan biodata lengkap Kaesang Pangarep putra bungsu Joko Widodo yang memiliki banyak bisnis.
Ilustrasi. Profil dan biodata lengkap Kaesang Pangarep putra bungsu Joko Widodo yang memiliki banyak bisnis. /Instagram.com/ @kaesangp


RESPONSULTENG – Tidak mudah menjadi pribadi Kaesang. Terlebih mau menyurapai Presiden Jokowi.

Jika Kaesang bermental “baja”, maka Jokowi mungkin pas sejenis “litium”. Logam yang entah hanya apa yang bisa melelehkan.

Kompilasi ini dapat memberikan gambaran bagaimana ketangguhan seorang insan manusia dalam menghadapi setiap cercaan yang dihadapi.

Baca Juga: Penyintas Bom Atom Nagasaki, Diabadikan dalam Film Pendek Hasil Kompilasi

Perumpamaan "baja" dan "litium", adalah sebuah keidolaan bahwa tidak semua anak manusia bisa seperti Kaesang.

Sikap Kaesang tentu tidak terlepas dari keteladanan yang diperlihatkan oleh Pak Jokowi, orangtua Kaesang yang saat ini memimpin bangsa.

Mengapa Jokowi terus dibully? Mengapa Jokowi terus dihina? Mengapa Jokowi terus dicaci?

Jawabnya, karena yang membully tidak mampu meraih apa yang Jokowi dapatkan. Yang menghina dan mencaci Jokowi adalah oknum pengamat yang merasa hebat tapi tidak dipercaya. Di Kampung juga banyak yang demikian.

Drama kehidupan mental baja dan litium ini, adalah sebuah persembahan seorang pemimpin sejati.

Baca Juga: Suara Tembakan yang Membunuh Mantan Perdana Menteri Jepang, Abe, Menggelegar

Dalam podcast bersama Tretan Muslim, Kaesang memberikan tanggapan terhadap gambar stupa yang dibuatkan meme wajah Presiden Jokowi.

"Waktu bapak ulang tahun itu lucu lucu dibikin meme" kata Kaesang ketika ditanyakan soal meme Presiden Jokowi yang banyak beredar.

Ketika ditanya soal gambar yang dibuat Roy Suryo tentang meme stupa Presiden Jokowi, Kaesang menjawab "Kasian yang agama bersangkutan".

"Kok tidak kasian sama Bapak?" Tanya Muslim. Kaesang tersenyum dan justru menjawab jika dia bukan kasian sama Bapak kok.

Tipikal kepemimpinan seperti ini, bukan diraih dalam kubangan. Tetapi bersumber dari sebuah lumbung kesadaran.

Jokowi dan Kaesang sadar dan sesadar-sadarnya, bahwa di balik sebuah kepopuleran, tersimpan museu dan amunisi yang sewaktu-waktu diluncur ke posisinya.

Baca Juga: Mantan PM Jepang, Abe, Tewas Tertembak dari Jarak Dekat

Jika sikap ksatria terlahir dari lumbung kesadaran, maka siapapun manusia jika sadar sedang berada di zona berisiko, maka bully, caci, dan hinaan adalah “bunga melati” pendamping kepopuleran.

Tidak akan pernah Jokowi Digambar wajahnya mirip dengan seekor hewan, bila Jokowi bukan siapa-siapa.

Roy Suryo pun tidak akan membuat meme Jokowo dalam bentu Stupa jika Jokowi bukan siapa-siapa.

Dan kalimat penjelasnya, justru yang membuat meme adalah sosok yang bukan siapa-siapa, kecuali manusia yang tidak terpakai.

Wajar jika banyak oknum yang tidak terpakai, lalu kerjanya hanya membully, menyerang, menghina, dan mencari. Sebab, dia memang adalah orang yang terhina.

Baca Juga: Pasti Kaget, Makanan Ini Ternyata Bisa Bikin Kolesterol Tinggi

Inilah fenomena natural yang selalu harus dipahami jika ada sosok yang bertekad dan nekad masuk di lorong sempit di saat banyak orang yang ingin melewatinya.

Mengapa Terowongan Mina di masa silam pernah menelan banyak korban jiwa?

Sebab jamaah yang ingin cepat meraih “keberkahan ibadah” jutaan umat, sementara Terowongan Mina tak setangkup kapasitas dengan jumlah orang yang mau lewat.

Ilustrasi ini juga berlaku dalam banyak perhelatan. Yang Ingin menjadi Bupati, sebanyak 5 orang, namun kursi tersedia hanya satu kesempatan.

Di sinilah akan terukur, siapa yang kerjanya membully, mencaci, dan menghina, bahkan berjuang melalukan pelemahan untuk menjadikan dirinya terlihat kuat.

Kuat itu bukan buatan. Tetapi berkah dari Allah. Jika ada insani yang ingin merebut satu peluang yang diincar lebih dari satu peminat, maka gunakan cara yang jitu.

Baca Juga: Pasti Kaget, Makanan Ini Ternyata Bisa Bikin Kolesterol Tinggi

Seperti apa? Jangan mengira manusia bisa melemahkan sesamanya, karena Allah tidak pernah mendelegasikan kepada manusia untuk melemahkan manusia lainnya.

Ada cara yang disediakan. Berikhtiar naikkan kekuatan yang dibalut oleh doa, agar di saat masuk dalam lorong yang sempit (election), bisa meraih berkah melalui perolehan suara.

Jangan pernah melakukan cara “terhina” dengan cara menghina orang lain (lawan). Jangan pernah menjadi manusia “rendahan” dengan cara merendahkan orang lain (lawan).

Sebab, yang Anda lakukan semata-mata adalah untuk dan tertuju pada diri sendiri. Bukan kepada diri orang lain.

Itulah yang dipraktekkan oleh Kaesang saat dihina, merasa tidak terhina sama sekali, karena hinaan itu adalah dari, oleh, dan untuk yang menghina.

Baca Juga: Dita Pulang Kampung, SECRET NUMBER Dikabarkan Bakal Konser di Indonesia?

Menghina Jokowi sama sekali tak memberi efek, terutama efek merendahkan Jokowi. Pun Kaesang sebagai pemimpin muda.

Jika nekad dan bertekad ingin merebut sesuatu melalui lorong sempit, maka jangan mengira bisa melakukan berbagai cara yang bisa menguatkan diri melalui cara merendahkan orang lain.

Ingat!! Merendahkan orang lain dengan cara apapun, adalah bukti jika ada tanda tak mampu menggunakan pola natural yang dapat menaikkan grade.

Cara demikian, selain menertawakan, juga semakin mencerminkan ketidakberdayaan dalam memahami hal-hal berkekuatan.

Jangan menunjukkan keputusaasaan dengan cara ingin membully, menghina, dan mencerca. Sebab pola Kaesang dan Jokowi adalah “melihatnya” secara santai. Mendengarnya “secara alunan” dan menerimanya “secara welcome”.

Baca Juga: Kementerian BUMN Kembali Memperoleh Predikat Opini WTP Untuk ke-15

Jika sosok yang dibully dan dihina hanya merespon metode.“kampungan” yang digunakan dengan senyuman, maka pada akhirnya akan sampai pada kehilangan akal sehat bagi penghinanya.

Gunakan isu hukum untuk niat memenjarakan orang, karena orang demikian mengira jika dirinya lebih hebat dari Penegak Hukum. Ingat, Pak Polisi dan Pak Jaksa saat ini sudah banyak yang bergelar Doktor dan Master. Bahkan ada yang profesor.

Jadi, jika yang membangun isu hanya sarjana dan master yang tidak lebih kredible dari Pak Polisi dan Pak jaksa, maka akhirnya hanya akan menemui keputusasaan yang sebagai realitasnya.

Masih bersyukur jika kemenangan yang diidamkan jatuh ke area yang sedang menghina dan mencerca. Jika pada akhirnya Allah memuliakan mereka yang dibully, maka kata Kaesang, itulah buah dari sebuah kesabaran. Dan yang kalah, itulah buah dari sebuah ketakaburan.

Baca Juga: Coupang Play Konfirmasi Rencana Rilis Versi Perpanjangan “Anna”

Kaesang dan Jokowi, adalah teladan dalam kesabaran. Dan contohilah bagi siapapun yang ingin meraih keberkahan. Karena metode menghantam dan mengisu, sudah bukan zamannya membodohi orang yang sudah pada pandai, bahkan lebih pandai dari mereka yang ingin membodohi.

Selamat untuk Kaesang yang telah menjadi sosok yang walau tak mirip Avatar, tetapi suasana ke-Avatar-an ternyata ada yang bisa diresonansikan.

Wajar jika Muslim akhirnya mengakui jika Kaesang memang selalu santai mananggapi berita yang sarat dengan isu, bully, dan usaha pelemahan yang tak punya makna di mata orang cerdas. Kecuali bagi mereka yang membaca adalah sesama dan sekelompok dalam keterbatasan logika.

Ketika ditanyakan serius oleh Muslim mengenai isu bencana alam yang terjadi di Indonesia karena kepemimpinan Presiden Jokowi, Kaesang malah menanggapi dengan tertawa dan mengatakan bahwa memang Bapaknya adalah Avatar.

Bahkan dirinya mengatakan jika ada yang lucu menyinggung Presiden Jokowi justru akan di retweet olehnya. Terkadang Kaesang memperlihatkan meme lucu kepada sang Ibu. Dirinya menganggap bahwa orang-orang yang kasar dan nafsuh, harus diberi apresiasi dan pujian.

Halaman:

Editor: Muhammad Basir-Cyio


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x