RESPONSULTENG - Rusia melalui Presiden Vladimir Putin mengutuk tindakan Israel atas serangannya ke Suriah sehingga berdampak pada penutupan Bandara Internasional Damaskus.
Rusia menyatakan "keprihatinan serius" pada Rabu, 15 Juni 2022, yang ditujukan kepada duta besar Israel tentang serangan udara yang menutup Bandara Internasional Damaskus, pekan lalu, yang dituangkan dalam sebuah pernyataan.
Responsulteng.com mengutip berita Channelneswsasia.com atas siaran kantor berita Suriah, SANA atas pernyataan Rusia dan dikutip Reuters, perihal kutukannya ke Israel yang membabi buta menyerang Suriah.
Baca Juga: Zulkifli Hasan Dilantik, Kementerian Perdagangan Gelar Serah Terima Jabatan
Menurut Vladimir, Suriah telah menjadi sekutu setia Moskow sejak Rusia meluncurkan kampanye militer pada 2015 .
Atas dukungan Suriah, Moscow mampu membalikkan keadaan dalam perang saudara yang mendukung Presiden Bashar al-Assad.
Suriah menghentikan penerbangan ke dan dari bandara sampai pemberitahuan lebih lanjut menyusul serangan Israel.
"Kekhawatiran serius sekali lagi, diungkapkan atas serangan angkatan udara Israel 10 Juni di bandara sipil Damaskus. Serangan tersebut telah merusak landasan pacu, peralatan navigasi dan bangunan, serta mengganggu lalu lintas udara sipil internasional," kata kementerian itu setelah Wakil Menteri Luar Negeri Mikhail Bogdanov bertemu Israel.
Baca Juga: Justice For Lucas Trending, Ini Alasannya
Duta Besar Alexander Ben Zvi di Moskow mendapat pernyataan resmi dari pihak Moscow atas tindakan militer yang dilancarkan ke Suriah.
Duta besar diberitahu bahwa apa yang diterima dari pihak Israel mengenai serangan itu tidak meyakinkan dan bahwa Moskow mengharapkan klarifikasi tambahan atas penyangkalan Israel.
Israel, yang sekutu utamanya adalah Amerika Serikat, pada 26 Februari mengutuk invasi Rusia ke Ukraina sebagai "pelanggaran serius terhadap tatanan internasional" dan sejak itu sebagian besar tetap diam atas tindakan Moskow.
Baca Juga: J-Hope Dikabarkan Akan Menjadi Anggota BTS Pertama Akan Merilis Album Solonya
Selama beberapa tahun, Israel telah menyerang apa yang digambarkan sebagai target terkait Iran di Suriah, di mana pasukan yang didukung Teheran, termasuk Hizbullah Lebanon, telah dikerahkan untuk mendukung Assad.
Menyusul intervensi Rusia tahun 2015 dalam perang saudara Suriah, Israel membentuk "mekanisme dekonfliksi" dengan kekuatan besar untuk mencegah kedua negara bentrok secara tidak sengaja selama serangan Israel.***