Inflasi Mencapai Angka 57%, Kini Sri Langka Alami Krisis

- 15 Juni 2022, 09:55 WIB
Rakyat Sri lanka demo, karena negara mulai kesulitan menyediakan bahan bakar, pupuk dan pangan. Negara ini kesulitan memperoleh dolar. Sri lanka salah satu negara yang mulai terdampak akan situasi ekonomi global./pikiran-rakyat.com
Rakyat Sri lanka demo, karena negara mulai kesulitan menyediakan bahan bakar, pupuk dan pangan. Negara ini kesulitan memperoleh dolar. Sri lanka salah satu negara yang mulai terdampak akan situasi ekonomi global./pikiran-rakyat.com /

RESPONSULTENG - Tahun ini banyak sekali negara yang mengalami inflasi sehingga menyebabkan negara tersebut bisa dikatakan bangkrut dan tidak mampu impor bahan bakar serta bahan pangan ke negaranya.

Salah satunya yaitu Sri Langka, negaranya mencatat Sri Langka mengalami inflasi hingga 57% sehingga menyebabkan negaranya tidak dapat impor bahan bakar dan juga kebutuhan bahan pangan sehingga Sri Lanka dikabarkan mengalami krisis pangan dan bahan bakar.

Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah Sri Lanka untuk mengatasi krisis tersebut seperti mengurangi hari kerja untuk para pegawai publik dari 5 hari kerja sisa hanya menjadi 4 hari kerja dalam seminggu hal itu adalah upaya pemerintah untuk mengatasi krisis bahan bakar.

Pemerintah Sri Lanka juga mengatakan bahwa setiap orang harus menanam dan bertani di rumah masing masing untuk mengatasi krisis pangan karena tidak lagi dapat ekspor bahan pangan.

Dikutip oleh Responsulteng dari Pikiran-Rakyat.com yang berjudul "Sri Lanka Krisi Bahan Bakar, Jadwal Kerja Pegawai Dikurangi Dalam Seminggu" menyatakan bahwa negara kepulauan di Asia Selatan itu saat ini sedang berjuang untuk keluar dari kekurangan devisa terparah sepanjang sejarah yang membuat mereka harus mengimpor bahan bakar, makanan, dan obat-obatan.

Baca Juga: Presiden Amerika Serikat akan Melawat ke Timur Tengah, tidak Terkecuali ke Israel dan Palestina

Bahkan warga telah mengalami pemadaman listrik selama berbulan-bulan. Untuk mendapatkan bahan bakar, mereka juga harus antri berjam-jam di pom bensin.

Depresiasi mata uang, kenaikan harga komoditas global dan kebijakan larangan pupuk kimia yang mengakibatkan inflasi sebesar 57 persen di bulan April merupakan salah satu faktor krisis tersebut.

Kini pemerintah sedang dalam pembicaraan untuk paket bailout dengan Dana Moneter Internasional (IMF). Pertemuan diharapkan berlangsung pada 20 Juni di Colombo.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berencana untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada Sri Lanka sebesar 47 juta dollar AS atau setara dengan Rp691 miliar.

Halaman:

Editor: Rahmat Hidayatullah

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x