'Adaptasi' dengan 'Realitas Baru' Menjadi Kunci Rusia Hadapi Resesi

18 November 2022, 08:25 WIB
Ilustrasi resesi. /Freepik/

RESPONSULTENG - Perekonomian Rusia telah memasuki resesi karena produksi domestik bruto turun empat persen pada kuartal ketiga, menurut perkiraan pertama yang diterbitkan Rabu oleh badan statistik nasional, Rosstat.

Penurunan PDB mengikuti kontraksi empat persen serupa pada kuartal kedua, karena sanksi Barat menghantam ekonomi Rusia menyusul serangan Moskow di Ukraina.

Penurunan empat persen dalam output ekonomi antara Juli dan September kurang dari perkiraan analis kontraksi 4,5 persen.

Baca Juga: Rusia Memasuki Resesi, Tapi tak Seburuk Proyeksi Ekonom, Ternyata Karena Peran Elvira Nabiullina

Kontraksi didorong oleh penurunan perdagangan grosir sebesar 22,6 persen dan penurunan perdagangan ritel sebesar 9,1 persen.

Sisi baiknya, konstruksi tumbuh sebesar 6,7 persen dan pertanian sebesar 6,2 persen.

Resesi umumnya didefinisikan sebagai kontraksi ekonomi dua kuartal berturut-turut, dan Rusia terakhir mengalami resesi teknis pada akhir 2020 dan awal 2021 saat dunia mengalami pandemi virus corona.

Ekonomi Rusia bernasib baik pada awal 2022 dengan peningkatan PDB sebesar 3,5 persen, tetapi dimulainya serangan Ukraina memicu serangkaian sanksi dari Barat.

Baca Juga:   Jadwal Siaran Televisi TV One Jumat, 18 November 2022, Ada Kabar Dunia dan Ragam Perkara

Pembatasan ekspor dan impor, kekurangan staf, dan masalah pasokan suku cadang telah membebani perekonomian Rusia.

Pada 8 November, bank sentral memperkirakan produk domestik bruto akan berkontraksi sebesar 3,5 persen tahun ini.

IMF dan Bank Dunia masing-masing memperkirakan penurunan PDB Rusia sebesar 3,4 persen dan 4,5 persen.

Meskipun ekonomi berkontraksi, tingkat pengangguran Rusia mencapai 3,9 persen pada September, menurut Rosstat.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Capricorn Soal Kesehatan, Cinta, dan Karir Besok 18 November 2022

Pada bulan Oktober, bank sentral Rusia mempertahankan suku bunga utamanya pada 7,5 persen. Ini adalah pertama kalinya sejak awal serangan militer di Ukraina tingkat suku bunga tetap tidak berubah.

Bank sentral tidak berencana mengubah suku bunga hingga akhir tahun, tanda "adaptasi" dengan "realitas baru", kata Gubernur Bank Rusia Elvira Nabiullina.

Setelah Rusia terkena sanksi Barat atas serangan Ukraina, bank secara drastis menaikkan suku bunga acuan dari 9,5 persen menjadi 20 persen dalam upaya untuk melawan inflasi dan menopang rubel.***

Editor: Muhammad Basir-Cyio

Sumber: english.alarabiya.net

Tags

Terkini

Terpopuler