Ukraina Dimerdekakan Mikhail Gorbachev, Tapi Tidak Saat Kepemimpinan Vladimir Putin

- 31 Agustus 2022, 08:35 WIB
Between July 11 and 13, 1988, Warsaw, Poland --- Mikhail Gorbachev, deputy chairman of the Supreme Soviet, touches his hand to his forehead while visiting with Wojciech Jaruzelski (R), president of the Polish Council of State, during a state visit to Warsaw. Gorbachev is in Poland to support Jaruzelski's move towards legalizing the liberal Solidarity movement, an important step in the transition to free elections. --- Image by © Bernard Bisson & Thierry Orban/Sygma/CORBIS
Between July 11 and 13, 1988, Warsaw, Poland --- Mikhail Gorbachev, deputy chairman of the Supreme Soviet, touches his hand to his forehead while visiting with Wojciech Jaruzelski (R), president of the Polish Council of State, during a state visit to Warsaw. Gorbachev is in Poland to support Jaruzelski's move towards legalizing the liberal Solidarity movement, an important step in the transition to free elections. --- Image by © Bernard Bisson & Thierry Orban/Sygma/CORBIS /Muhammad Basir-Cyio/© Bernard Bisson & Thierry Orba

RESPONSULTENG – Nama Mikhail Gorbachev sangat membekas di hati para masyarakat Ukraina karena atas jasanya mereka bisa merdeka.

Ketika masa pemerintahan Uni Soviet di bawah kendali Mikhail Gorbachev, terjadi pemberontakan di sejumlah negara bagian, termasuk Ukraina tahun 1989.

Saat itu, Gorbachev tidak ingin menggunakan kekuatan senjata, dan memilih memberi ruang dalam mendeklarasikan kemerdekaan negara bagiannya, satu di antarnya Ukraina.

Namun, di saat Mikhail Gorbachev sakit-sakitan hingga meninggal dunia Kemarin, Selasa (30 Agustus 2022), Ukraina yang mendapat kemerdekaan kala itu, justru kini dalam kondisi yang porak poranda di bawah tangan besi Vladimir Putin.

Baca Juga: Kabar Bahagia Dari Presenter Cantik Hingga Profil dari Dita Fakhrana

Dikutip dari Kantor Berita Rusia, tulis Michel Euler dari TASS sebagaimana dikutip Responsulteng.com, melaporkan, Prancis akan memperketat sanksi ekonomi terhadap Rusia dan meningkatkan pasokan peralatan militernya ke Ukraina.

Informasi yang disiarkan TASS dikutip dari Agence France-Presse (AFP) yang mengutip pernyataan dari pemerintahan kepresidenan Pracis.

Selama sesi pertemuan dewan keamanan dan pertahanan nasional negara itu pada Sabtu malam, Presiden Prancis Emmanuel Macron "membuat keputusan untuk memperketat sanksi ekonomi dan keuangan dengan berkoordinasi dengan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat."

Selain itu, ia bertekad untuk mengambil langkah-langkah untuk membekukan aset keuangan tokoh publik Rusia di tingkat nasional, masih tulis TASS.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Pisces Soal Kesehatan, Cinta, dan Karir Hari Ini 31 Agustus 2022

Sebuah keputusan juga dibuat untuk mengatur pasokan tambahan peralatan militer kepada pihak berwenang Ukraina, dan untuk memberikan bantuan bahan bakar, kata administrasi kepresidenan yang dikutip AFP dan dilansir TASS.

Sabtu malam, Jerman mengumumkan pasokan senjata pertamanya ke Ukraina, dengan mengatakan bahwa mereka akan mengirimkan 1.000 senjata antitank dan 500 rudal Stinger ke angkatan bersenjata Ukraina, lanjut TASS melaporkan.

Sebelumnya pada hari itu, Jerman mengizinkan Belanda dan Estonia untuk mengirim rudal tua buatan Jerman ke Ukraina. Sebelum itu, Berlin menolak kemungkinan pengiriman semacam itu dan menolak pula untuk mengizinkan pasokan senjata buatan Jerman oleh negara ketiga.

Baca Juga: Sadio Mane Tidak Berpose dengan Bir di Foto Skuad Bayern Munich Karena Keyakinanya Sebagai Muslim

Seperti yang pernah diumumkan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam sebuah pidato 24 Februari 2022 silam yang disiarkan televisi mengatakan bahwa atas permintaan para kepala republik Donbass, dia telah membuat keputusan untuk melakukan operasi militer khusus untuk melindungi orang-orang yang telah menderita pelecehan dan genosida oleh rezim kyiv selama delapan tahun.

Pemimpin Rusia menekankan bahwa Moskow tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina. Tujuannya adalah demiliterisasi dan denazifikasi negara, namun kini telah berkembang menjadi peperangan yang luar biasa. Kini, lapor AFP yang dikutip TASS, Militer Prancis sedang menggelar devile kekuatan.***

Editor: Muhammad Basir-Cyio

Sumber: AFP Kantor Berita Rusia TASS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x