Investor Hijau Perlu, ke Mana Arah Tujuan

- 25 Juni 2022, 06:23 WIB
Ilustrasi Investasi Hijau
Ilustrasi Investasi Hijau /Muhammad Basir-Cyio/George Hay/Reuters



RESPONSULTENG - Transisi energi berpotensi menjadi bisnis besar dengan memiliki peluang bagus untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.

Hal itu dapat dicapai jika dunia menghabiskan $ 5 triliun per tahun untuk sumber daya dan infrastruktur baru pada tahun 2030, kata Badan Energi Internasional.

Namun, modal untuk melakukannya tidak diarahkan dengan baik. Untuk membuat perbedaan, investor harus mengotori tangan mereka.

Baca Juga: Robot Generasi Baru Bidang Kesehatan, Ini yang Dapat Ditangani

Dikutip Responsulteng.com dari laporan wartawan Reuters, George Hay, bahwa tidak ada kekurangan manajer keuangan yang ingin membuat perbedaan. Penandatangan Prinsip-Prinsip PBB untuk Investasi Bertanggung Jawab, yang mencoba memasukkan faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) ke dalam keputusan investasi.

Jumlahnya telah membengkak menjadi 4.375 lembaga yang secara kolektif mengelola $121 triliun. Sepertiga dari ini, termasuk investor berpengaruh seperti dana abadi Universitas Harvard senilai $42 miliar.

Secara terbuka, mereka telah berkomitmen untuk menghapus bahan bakar fosil dari portofolio mereka. Pendekatan ini, yang dikenal sebagai divestasi, mungkin bukan strategi terbaik.

Ada logika yang menggoda untuk mencuci tangan Anda dari perusahaan yang berpolusi. Jika setiap orang menjual aset paling kotor, pemiliknya akan kekurangan modal.

Bahkan kelompok minyak besar seperti Exxon Mobil (XOM.N) mungkin kemudian akan dipaksa untuk mengubah cara mereka. Ide ini telah menjadi umum di kalangan investor yang menggunakan kriteria LST.

Baca Juga: Mahkamah Agung Amerika Serikat Membatalkan Aturan yang Membolehkan Aborsi

Metrik seperti peringkat "globe" Morningstar menghargai dana yang memiliki lebih sedikit aset "coklat". Investor membantu aktivis iklim menekan perusahaan untuk membuang bisnis mereka yang paling kotor.

Pendekatan ini bisa berdampak buruk bagi bisnis dan perubahan iklim. Ambil contoh raksasa pertambangan Anglo American (AAL.L), yang tahun lalu memisahkan aset batubara termalnya menjadi perusahaan yang disebut Thungela Resources (TGAJ.J).

Pada tahun lalu, kapitalisasi pasar Thungela telah meningkat 10 kali lipat menjadi hampir $2 miliar, karena krisis keamanan energi yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina mendorong pemerintah untuk menilai kembali pembangkit listrik tenaga batu bara. Manajemen baru perusahaan ingin meningkatkan output.***

Editor: Muhammad Basir-Cyio

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x