Tujuh Tahun Inflasi Jepang Tetap di Level Tertinggi, di Bulan Ini Puncaknya

- 24 Juni 2022, 07:40 WIB
Ilustrasi Aktivitas Masyarakat Jepang
Ilustrasi Aktivitas Masyarakat Jepang /Muhammad Basir-Cyio/AFP/Charly Triballeau melalui CNA



RESPONSULTENG - Harga konsumen inti Jepang melonjak 2,1 persen lagi pada Mei, lompatan bulanan kedua berturut-turut dari level yang tidak terlihat dalam tujuh tahun terakhir.

Data resmi menunjukkan, Jumat 24 Juni 2022, bahwa Mei adalah bulan di mana puncak inflasi tertinggi di Jepang.

Dikutip Responsulteng.com dari AFP melalui Channalnewsasia.com disebutkan, Indeks harga konsumen inti, yang tidak termasuk makanan segar, melonjak 2,1 persen tahun ke tahun di bulan Mei, menurut angka yang dirilis oleh kementerian urusan dalam negeri.

Baca Juga: Menjadi Istri Idaman

Kenaikan tersebut mengikuti lonjakan 2,1 persen pada bulan April, pertama kalinya sejak Maret 2015 bahwa angka tersebut melampaui 2,0 persen yang ditetapkan oleh Bank of Japan (BoJ) sebagai target inflasi jangka panjangnya.

Angka tersebut, sejalan dengan ekspektasi pasar, muncul setelah bank sentral Jepang pekan lalu tetap pada kebijakan pelonggaran moneternya bahkan ketika bank sentral lainnya menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi.

Namun, BoJ mengatakan akan "memperhatikan" pasar valas setelah yen mencapai level terendah 24 tahun.

Tidak termasuk energi, harga naik 0,8 persen di bulan Mei, juga sejalan dengan konsensus pasar, menyusul kenaikan 0,8 persen di bulan April.

Baca Juga: Rusia Menentang Hubungan Mesra Barat dan Ukraina

Kebijakan moneter ultra-longgar BoJ bertujuan untuk mencapai inflasi dua persen, target yang sulit dijangkau selama bertahun-tahun stagnasi harga.

Tetapi bank telah memperingatkan bahwa mereka melihat kenaikan harga baru-baru ini sebagai tren sementara dan fluktuatif dan bahwa bank harus tetap berpegang pada pelonggaran untuk mencapai kenaikan yang lebih tahan lama.

Inflasi telah meningkat selama berbulan-bulan di Amerika Serikat dan di tempat lain karena permintaan yang tinggi untuk mobil dan barang-barang lainnya berbenturan dengan masalah pasokan yang disebabkan oleh penguncian COVID-19.

Masalahnya menjadi lebih buruk secara dramatis setelah Rusia menginvasi Ukraina pada bulan Februari dan negara-negara Barat memberlakukan sanksi keras terhadap Moskow, membuat harga makanan dan bahan bakar melonjak, masalah khusus di Jepang yang miskin sumber daya.***

Editor: Muhammad Basir-Cyio

Sumber: AFP Channel News Asia (CNA)


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah