RESPONSULTENG - Ekspor produk singkong Thailand antara Januari dan April melonjak 28 persen dari periode yang sama tahun lalu karena importir mencari alternatif biji-bijian.
Ekspor ini naik drastic sebagai akibat krisis pangan dampak invasi Rusia ke Ukraina, kata pejabat senior Thailand.
Eksportir singkong terbesar di dunia mengirimkan 4,6 juta ton singkong dan produk turunannya, seperti tapioka, tepung singkong, dan pelet senilai 54,8 miliar baht (US$1,55 miliar).
Baca Juga: Lapid Jadi PM Israel, Cuma Ini Jenjang Pendidikannya
Dikutip Responsulteng.com dari Channelnewsasi yang telah dirilis pemberitaan Reuters melaporkan, dalam empat bulan pertama tahun ini, ekspor naik 28,2 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya, kata Kementerian Perdagangan Thailand.
Di awali ekspor 70 persen ke negara Cina. Destinasi lainnya antara lain Jepang, Indonesia dan Korea Selatan.
Negara-negara berebut untuk menahan tingkat inflasi yang melonjak di seluruh dunia karena permintaan pascapandemi, dampak cuaca ekstrem, dan baru-baru ini perang di Ukraina.
Beberapa telah mengalokasikan miliaran dalam subsidi makanan dan bahan bakar sementara yang lain telah mencari makanan alternatif dan pemasok baru.
Baca Juga: Memasuki Kehamilan ke 32 Minggu Ria Ricis Sangat Aktif Berolahraga, Gerakan Splitnya Bikin Ngilu Netizen
Pekan lalu, Ukraina, kadang-kadang dikenal sebagai keranjang roti Eropa, mengatakan invasi Rusia akan menyebabkan kekurangan gandum global.
"Ada peningkatan permintaan dari pembeli asing selama krisis Ukraina-Rusia. Dunia meningkatkan cadangan biji-bijian untuk konsumsi," kata pejabat senior perdagangan Phithak Udomwichaiwat.
"Industri pakan ternak dan energi telah beralih ke impor produk singkong sebagai pengganti, menaikkan permintaan dan harga," tambahnya.
Baca Juga: Karena Tindakannya Ini, Roy Suryo Dilaporkan
Thailand tahun lalu memproduksi 32,5 juta ton singkong, yang dibuat menjadi berbagai produk, di mana 30 persen hingga 35 persennya dikonsumsi di dalam negeri. Ini mengekspor produk singkong senilai 123 miliar baht, menurut data pemerintah.***