Leluhur Sulawesi Tengah; Tadulako, dari Mitos ke Realitas

- 19 Juli 2022, 19:01 WIB
Jafar G. Bua
Jafar G. Bua /Muhammad Basir-Cyio/Dok. Pribadi



RESPONSULTENG - Tadulako dapat dimaknai dari berbagai demensi dan perspektif. Namun dalam tinjauan akademis dan praktis berkehidupan, lima tokoh dari berbagai latar belakang pengabdian, mencoba memberikan telaahannya menjadi satu kesatuan yang utuh.

Telaahan itulah yang dirangkum dalam sebuah buku yang menjadi buah karya; Mayjen TNI Farid Makruf, MA (Wakil Inspektur Jenderal TNI), Kolonel Inf I Ketut Gunardi (Mantan Komandan Grup 1 Kopassus 2020-2021), Tanty Surya Reinhart Thamrin (Konsultan Risiko Kebencanaan dan Manajemen Konflik) Asriadi, SE, M.Sc (Akademisi dan Pegiat Budaya) dan Jafar G Bua (sosok Jurnalis sekaligus seorang penulis).

Responsulteng.com, Grup Pikiran Rakyat Media Network (PRMN), berkesempatan mewawancarai secara singkat salah seorang penulis buku ini, yakni Jafar G. Bua.

Baca Juga: 5 Minuman Aman Bagi Penderita Diabetes

Responsulteng.com
Buku ini merupakan kompilasai yang dapat memperkaya khasanah keilmuan dan pengetahuan sosiologis masyarakat. Anda dapat beri gambaran singkat tentang itu?

Jafar G Bua
Terima kasih atas pertanyaannya. Jadi begini, Pulau Sulawesi disamakan dengan laba-laba yang berbaring di air dengan semenanjung seperti kaki. Bentuknya terkadang juga mengingatkan pada pria tanpa kepala, yang lengannya adalah semenanjung utara dan timur laut, sedangkan kakinya dibentuk oleh kedua semenanjung selatan. Bagian tengah Sulawesi terdiri dari sejumlah pegunungan yang sejajar satu sama lain.

Begitu Albertus Christiaan Kruyt dan Nicolaas Adriani menggambarkan Pulau Sulawesi dalam De Bare’e-sprekende Torajas van Midden Celebes, Volume I yang terbit di Batavia pada 1912.

Dan kita bisa menyebut Sulawesi Tengah yang dulu disebut Midden Celebes atau Central Celebes, sebagai jantungnya Sulawesi. Sejak zaman lampau sudah menarik minat para peneliti asing. Dan tersebutlah Tadulakoe (mengikuti ejaan Van Ophuijsen) dalam catatan-catatan mereka.

Baca Juga: Liga 1 Indonesia Siap Bergulir, Begini Persiapannya

Responsulteng.com
Jika demikian adanya, lalu Siapa, bagaimana dan di mana Tadulako yang Anda maksud tersebut?

Jafar G Bua
Pertanyaan itu, mengusik pikiran Mayor Jenderal TNI Farid Makruf, MA, semasa menjadi Komandan Korem 132 Tadulako. Wakil Inspektur Jenderal TNI itu bertanya-tanya; "Adakah Tadulako sesosok orang, adakah dia sebatas konsepsi atau nilai-nilai, atau hal-hal lainnya."

Bersama Tim Ekspedisi Tadulako, Ia pun menelusuri beberapa tapak yang memungkinkannya mendapatkan jawaban soal itu. Mulai dari tapak arkeologis di Lembah Megalit Behoa hingga ke kuburan sosok para pemberani yang kepada mereka disematkan julukan Tadulako. Jawaban atas itu mulai terkuak satu demi satu.

Responsulteng.com
Dalam melahirkan suatu karya, tentu membutuhka pemikiran dan penelaah dari pemikiran fluralitas. Anda sendiri merangkumnya seperti apa?

Baca Juga: V BTS Berhasil Mengubah Pejabat Pemerintah Menjadi Fanboys Selama Upacara Busan Expo

Jafar G Bua
Karya memang tidak bisa lahir dan dilahirkan hanya satu matra pemikiran. Oleh karena itu, rangkuman yang tertuang dalam bentuk buku didukung para akademisi dari Universitas Tadulako, yakni Dr. Haliadi Sadi, Dr. Nisbah Mariadjang, dan Dr. Dwi Septiwiharti, S.S, M.Phil dan Drs. Iksam Djorimi, M.Hum beserta sejumlah pemerhati adat dan budaya di Sulawesi Tengah, catatan-catatan sejarah adat istiadat, tradisi, budaya dan sejarah Sulawesi Tengah yang terserak itu dikumpulkan.

Dokumen-dokumen lama dari Nicolaus Adriani (1865-1926), seorang linguis dan Albert Christian Kruyt (1869–1949), seorang etnograf dan teolog berkebangsaan Belanda menjadi rujukan awal. Buku-buku mereka yang berbahasa Belanda semisal Van Posso naar Parigi, Sigi en Lindoe yang diterbitkan pada 1898, diupayakan untuk diterjemahkan ke Bahasa Indonesia.

Dari buku keduanya yang berjudul De Bare'e Sprekende Toradja's Van Midden Celebes yang terbit pada 1912 ditemukanlah gambaran jati diri Tadulako dan ritual-ritualnya serta seberapa penting sosoknya dalam pranata sosial di masa itu.

Baca Juga: SEVENTEEN Puncaki Tangga Lagu iTunes Di Seluruh Dunia Dengan 'SECTOR 17'

Responsulteng.com
Apakah uraian itu sudah dianggap cukup dalam mengungkap dan menyingkap hakikat di balik dimensi Tadulako?

Jafar G Bua
Tentu belum! Oleh karena itu, selain melakukan studi literatur, kunjungan lapangan, diskusi, hingga wawancara dengan para budayawan kian menguak misteri di balik Tadulako. Untuk menjadikan catatan yang berserakan itu menjadi wujud nyata yang terefleksi dalamm bentuk dokumen, maka kami bersama Mayjen TNI Farid Makruf, MA Kolonel Inf I Ketut Gunardi, Tanty Surya Reinhart Thamrin, dan Asriadi, SE, M.Sc menjadi sebuah buku sebagai sebuah referensi.

Responsulteng.com
Pertanyaan terakhir. Untuk menghindarkan pembaca tidak jenuh dalam menelaah isi buku ini, pola penulisan apa yang digunakan agar menarik untuk disimak isinya?

Baca Juga: Indra Tarigan Beber Pengakuan Inez Gonzalez, Begini Ceritanya

Jafar G Bua
Buku semi-ilmiah ini, ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dipahami. Gaya penulisan skripisi atau jurnal yang membuatnya terkesan sebagai bacaan berat dihindari begitu rupa. Itulah mengapa buku ini layak dibaca dan perlu. Buku ini penting untuk dimiliki para akademisi, pejabat publik, sipil, militer, wartawan maupun masyarakat yang ingin mengetahui warisan adat budaya Sulawesi Tengah secara utuh.***

Editor: Muhammad Basir-Cyio


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah