Network
RESPONSULTENG-Sebagian besar masyarakat Kota Palu sangat akrab dengan kata “tende”. Satu kata ini selalu mewarnai percakapan mulai dari kaula muda hingga lansia. Dalam bahasa Indonesia kata “tende” artinya “memuji” yang dilontarkan dalam bentuk pujian kepada suatu objek.
Baca Juga: Jembatan Baru Di Pantai Talise, Untuk Apa?
“Baku tende” sendiri diartikan sebagai “saling memuji” yang merupakan kebiasaan yang sering dilakukan masyarakat Kota Palu. Rakyat Tanah Kaili sangat identik dengan kebiasaan ini, selipan kalimat tende selalu muncul dalam pembicaraan mereka. Tak heran jika ada istilah “bukan orang Palu kalau tidak jago ba tende”.
Berkembang di masyarakat bahwa kebiasaan ini kurang baik karena paradigma yang tumbuh “baku tende” dianggap jalan untuk mendapatkan sesuatu dari seseorang yang diberikan “tende”. Seakan pujian yang diberikan mengharapkan sebuah imbalan.
Baca Juga: Momen Haru Ridwan Kamil Ketika Di Swiss
Padahal stereotype ini tak bisa digeneralisasi untuk semua orang. Saling melontarkan pujian sesungguhnya sangat baik dalam agama apapun, asal tidak berlebihan dan tidak membuat orang lain menjadi angkuh. Bahkan dalam hadist sahih yang diriwayatkan Imam Malik, Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam perdah bersabda “Jika salah seorang di antara kalian melihat sesuatu yang menakjurbkan dari saudaranya, maka hendaklah agar diberikan keberkahan kepadanya”.
Saling memuji atau “baku tende” sesungguhnya sangat baik karena dengan saling memuji maka orang yang dipuji sendiri akan merasa bahagia. Berdasarkan penelitian ketika seseorang dipuji maka hormon dopaminnya akan terekspresikan dalam jumlah besar yang akan menimbulkan rasa bahagia.
Maka dengan itu tidak ada salahnya untuk saling memuji satu sama lain untuk saling berbagi kebahagiaan walaupun kadang hanya dapat menjadi kesenangan yang semu bagi orang yang dipuji. ***
