Network
RESPONSULTENG – Joan sosok gadis Non-biner, ketika masih remaja dia ditangkap oleh Inggris dan dibakar di tiang pancang sebagai bidat agama.
Selain itu, Joan melakukan penolakan untuk menyesuaikan diri dengan pakaian feminin. Hubungan kompleks Joan dengan sifat feminin dan maskulin membuat jenis kelaminnya menjadi pertanyaan yang menarik untuk ditelusuri.
Joan tidak berpura-pura menjadi pria, tetapi dia Juga Bukan Wanita Abad Pertengahan Yang Khas Sebagaimana Dikutip Responsulteng.Com dari Uraian Florence H R Scott pada laman www.pinknews.co.uk dan independent.co.uk.
Baca Juga: Joan Of Arc Tidak Menyebut Dirinya Non-Biner, Lalu Mengapa Kontroversi? Ini Jawabannya
Sumber utama yang terungkap bahwa pelanggaran gender oleh Joan adalah catatan persidangannya, yang merupakan akun yang ditulis oleh mereka yang menghukumnya dengan kematian yang kejam, sebagian karena setelah cross-dressing-nya.
Ada bukti bahwa Joan sendiri mengeluhkan catatan persidangan yang bias terhadap dirinya. Itu tidak memberi akses ke pikiran atau perasaannya.
Kita tidak dapat menganggap peran gender di Abad Pertengahan bekerja seperti peran gender modern hanya saja pasti lebih ketat.
Gender, sebagai sesuatu yang dikonstruksi, berkembang dari waktu ke waktu. Itu berarti peran apa pun yang kita anggap sebagai tokoh sejarah, baik pria, wanita, atau non-biner adalah anakronistik, dikacaukan oleh konsepsi modern tentang gender.
Baca Juga: Berbagai Rapper Girl Group Siap Adu Kemampuan Vokal di Program The Second World
Dalam banyak hal, penonton abad pertengahan lebih nyaman dengan ide-ide yang mungkin terlihat sebagai transgresif.
Teologi Kristen Abad Pertengahan memahami jiwa manusia sebagai tanpa jenis kelamin dan tanpa jenis kelamin, maka pria dan wanita hanyalah keadaan yang diwujudkan.***
