Niat Kabag Bantu CPNS, Mantan Rektor Disanksi Gurubesar ke Lektor Kepala 12 Bulan; Basir: Risiko Jadi Pemimpin

- 10 April 2023, 19:06 WIB
Prof. Muhammad Basir Cyio Mantan Rektor Untad
Prof. Muhammad Basir Cyio Mantan Rektor Untad /Tim Respon Sulteng 03/

RESPONSULTENG – Sebagai pemimpin, risiko selalu menjadi bagian dalam pengabdian, sehingga seberat apapun sanksi yang diterimanya, harus dipandang sebagai bagian dalam kepemimpinan itu sendiri.

Ada dua aspek tinjauan sanksi disiplin yang diterima Basir Cyio sebagai Pengarah dalam Kepanitiaan penerimaan CPNS Tahun 2018 silam, tidak lama setelah terjadi bencana alam yang dahsyat kala itu.

Yang pertama, jangan disalahkan bawahan sekalipun yang dilakukan memang salah, dan jangan disesali sebab yang telah dilakukan, berikut risikonya harus diterima sebagai bagian komponen dalam manajerial.

Baca Juga: Peringkat Rata-Rata Pemain Liverpool vs Arsenal karena Konate Unggul

Yang kedua, niat Kabag Kepegawaian membantu orang-orang yang menitip Nomor Test telah mengantarkan orang yang menitip dan yang lolos jadi CPNS mendapat kebahagiaan, di balik kekecewaan bagi mereka yang dinyatakan tidak lulus.

Demikian benang merah pandangan Muhammad Basir Cyio selaku mantan Rektor Untad sekaligus sebagai Pengarah dalam kepenitiaan penerimaan CPNS Tahun 2018.

Menurut Basir, pihaknya tidak mengetahui siapa-siapa yang menitip nomor test ke Amir Makmur selaku Kabag Kepegawaian kala itu (2018), namun beberapa nama pernah dia sebut ketika kami diperiksa di Jakarta.

Ditanya perihal langkah yang akan ditempuh dengan sanksi penurunan jabatan gurubesar ke Lektor Kepala selama satu tahun, Basir mengatakan tidak ada langkah, tetapi harus berbesar hati dan ikhlas dalam menerima apapun risiko di balik semua yang telah terjadi.

Baca Juga: Resep Olahan Nangka Muda Tanpa Santan, Enak dan Mudah Dibuat

Mempersoalkan yang sudah terjadi, itu sama dengan menambah soal baru yang seharusnya soal yang sudah ada itu pelan-pelan bisa diselesaikan.

Menurut Basir, jika kita menghadapi Empat soal dalam ujian, maka setiap soal harus diselesaikan dengan baik.

Jika empat soal tidak diselesaikan tetapi hanya dipersoalkan, maka itu artinya yang tadinya hanya berhadapan empat soal maka akhirnya menghadapi delapan soal karena setiap soal kembali dipersoalkan, katanya.

Ketika disinggung ada berapa yang menitip nomor test kepada Kabag Kepagawain, Basir mengaku tidak mengingat. Amir, kata Basir, hanya curhat di Jakarta bahwa ternyata berbuat baik itu tidak selalu membuahkan kebaikan pada diri sendiri.

Menurut informasi, ada juga yang menitip nomor test kepada Anda? Siapa itu? Kalau tidak salah ingat ponakan Prof Mahfudz, yang kini menjadi dosen di Fakultas Kedokteran. Namanya saya tidak hafal, tanya Amir Makmur, kata Basir menyarankan.

Bagaimana dengan Kepala Biro Umum dan Keuangan yang kabarnya juga menitip nomor? Basir mengatakan, saya tidak tahu tetapi Amir memang pernah menyebut itu, namun pastinya langsung saja ke Amir Makmur.

Apakah nilai Ponakan Prof Mahfudz yang dosen Fakultas Kedokteran berubah setelah Prof Mahfudz menanyakan kepada Kabag Kepegawaian?

Menurut Amir Makmur, kata Basir, memang berubah dan menjadi lebih tinggi sesuai dengan informasi yang saya terima dari Amir Makmur usai diperiksa di Jakarta.

Disinggung banyaknya yang menitip Nomor Test ke Sekretaris Panitia Tahun 2018, Basir Cyio mengakui jika Amir Makmur yang paling tahu, sebab nama calon dosen yang dititip, siapa yang menitip, dan dari fakultas mana, Amir Makmur yang paling tahu, katanya.

Kembali pada sanksi yang dijatuhkan Kementerian, sikap Anda cenderung menerima dari penjelasan awal tadi?

Bukan cenderung menerima tetapi harus ikhlas dan berbesar hati menerima, kata Basir. Jika ingin jadi pemimpin, maka risiko harus menjadi bagian yang harus diterima.

Ujian itu, kata Basir, terkadang datang di awal, di pertengahan, dan juga setelah di pengakhiran.

Saya sendiri kata Basir, menerima risiko itu sejak belum jadi rektor, saat sedang, dan setelah selesai, dan hampir semua pemimpin akan dan merasakan namanya risiko.

Kalau begitu Anda yakin Prof Mahfudz juga suatu saat akan menerima risiko? Wah, jangan tanya saya, sebab risiko itu kan akibat, jadi biasanya setelah datang baru kita bisa memahaminya.

Berarti mulai saat kapan Anda tidak boleh jagi dipanggil Prof? “heheheheh, dari komiu saja, sebab saya tidak pernah memosisikan diri sebagai apa dan sebagai apa, sebab saya orang yang paham bahwa apapun itu akan ada akhirnya makanya kita jalani saja apa yang menjadi realitas”, tutur Basir sambil tersenyum.

Berapa lama sanksi disiplin ini Anda jalani? Besok surat aslinya, tetapi ancamannya telah saya tahu yakni selama 12 bulan.

Anda tidak menyesal? Sama sekali tidak, kata Basir. Yang pasti, saya tidak akan salahkan Amir Makmur, yang melapor, yang menyerang, tidak akan saya sesali.

Apa yang mereka lakukan itu hanya penyebab, Allah telah tentukan itu akan lini masa (time line) kehidupan yang dijalani, tutur Basir.

Menurut informasi yang beredar, ada sekitar 34 dosen yang berubah nilainya. Anda bisa menyebut satu per satu dan siapa saja yang menitip hingga akhirnya Anda harus menanggung risikonya?

Waduh, saya tidak hafal karena semua yang menitip nomor test langusng ke Amir Makmur dan bukan ke saya, kecuali Prof Mahfudz yang mengingatkan saya jika ada Ponakannya di Fakultas Kedokteran, tapi siapa namanya nanti tanya Amir Makmur.

Boleh saya hubungi Amir Makmur untuk mendapatkan nama-nama penitip nomor test dan nama calon dosen yang sudah mengabdi saat ini? Silahkan, karena saya tidak bisa larang Amir Makmur, terserah dia untuk menyebut atau tidak, siapa penitipnya dan nama calon dosen yang dititp.

Menyinggung bagaimana kalau yang nilai peserta itu berubah dan dipersoalkan, apakah tidak akan berdampak?

Saya tidak mau berandai-andai, tetapi jika Amir Makmur mengumumkan siapa penitipnya dan nama calon dosen yang dititip menjadi persoalan dan dipersoalkan ke kementerian, maka bukan tidak mungkin MenPAN-RB dan BKN mengambil sikap.

“Tapi kalau saya, kasian jika mereka harus menerima juga risiko. Biarlah kami berdua yang menerima, dan biarkan adik-adik yang telah jadi dosen menjadi dosen yang berhati mulia”.

Apa inti kesalahan Anda? Begini, saat Amir Makmur di BAP, salah seorang Auditor dari Itjen memaksakan Amir Makmur menyebut bahwa perubahan nilai itu karena diperintah. Namun Amir menyangkali bahkan membuat pernyataan bahwa pihaknya tidak pernah diberi perintah (Ada Pernyataan Amir Makmur).

Bagi saya, kata Basir, sebagai orang yang memegang kekuasaan dan kewenangan, baik dari Inspektorat, Karo Kepegawaian dan Ditjen Dikti, apapun keputusannya, kita harus hargai. Namanya “pemegang kekuasaan” kita doakan semoga beliau-beliau mengakhir pengabdiannya dengan baik.

Lalu pandangan Anda? Menurut Basir, jika sanksi yang dijatuhkan kepada dirinya dan Amir Makmur karena dinilai ada yang salah dalam menjalankan tugas, maka itu artinya yang lolos jadi dosen adalah produk dari hal yang salah.

Namun jika bisa, jangan lagi yang salah ini ditimpakan kepada mereka, tetapi biar akumulasi kesalahannya cukup ada pada Saya, Andai Amir Makmurpun bisa dibebaskan dari risiko ini, apalagi dosen-dosen yang telah dinyatakan lolos.

“Tunggu saja jawaban Amir Makmur, sebab saya sudah menerima sanksi ini dengan penurunan gurubesar ke jabatan Lektor Kepala dengan ikhlas. Jadi intinya saya sikapi dengan kebesaran hati sebagai risiko di balik sebuah kepemimpinan”, tutur Basir Cyio mengakhiri penjelasannya.***

Editor: Syalzhabillah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x