Network
RESPONSULTENG - Ismail Fahmi, pendiri Drone Emprit dan seorang analis media sosial, memberikan apresiasi terhadap pendekatan media sosial yang digunakan oleh Calon Presiden nomor urut 01, Anies Baswedan.
Fahmi menyatakan bahwa Anies berhasil mengisi kekosongan narasi yang muncul setelah pesaingnya, Prabowo Subianto (diasosiasikan dengan Gemoy), mengalami penurunan tren.
Menurut Fahmi, Anies tampil meyakinkan dalam tayangan Live TikTok yang dilakukan selama perjalanan kampanye dari Situbondo menuju Gresik, Jawa Timur pada Kamis (18/12) malam. Video tersebut mendapatkan apresiasi dari 300 ribu penonton.
Baca Juga: Aries, Persiapkan Diri untuk Kesuksesan: Ramalan dan Tips Hari Ini!
Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 ini mengakui bahwa ini merupakan pengalaman pertamanya tampil dalam siaran langsung di TikTok. Kehoahan tersebut berlanjut ketika Anies melakukan Live TikTok untuk kedua kalinya pada Jumat (30/12/2023) dalam perjalanan menggunakan kereta api.
Gen Z langsung menganggap Anies sebagai figur ayah atau panutan di media sosial yang dikembangkan oleh perusahaan rintisan Bytedance. Ismail Fahmi menilai momen tampil live di TikTok sangat tepat dan menyatakan bahwa dialog Anies terlihat alami.
Fahmi melihat bahwa narasi yang disampaikan oleh Anies sangat relevan dengan audiens Gen Z, dan ia mengisi ruang kosong tersebut pada waktu yang tepat. Anies dianggap berhasil memanfaatkan kesempatan untuk mempertahankan dan meningkatkan momentum di berbagai platform media sosial seperti TikTok, Youtube, Instagram, dan Facebook.
Baca Juga: Scorpio, Temukan Keseimbangan Emosional: Ramalan Emosi Hari Ini!
Sementara itu, Gunaris, Chief Executive Officer (CEO) Kafrua Big Data, juga memberikan pujian terhadap keputusan Anies tampil live di TikTok. Gunaris menilai materi yang disampaikan oleh Gubernur DKI Jakarta tersebut jauh dari citra kampanye dan lebih banyak mengungkapkan curahan hati intelektual. Ia menyebut bahwa Anies berhasil mendatangkan 400 ribu penonton dalam waktu singkat (27 detik), sebuah pencapaian yang menurutnya belum pernah terjadi sebelumnya dalam pengamatan data di TikTok selama lebih dari 3 tahun menggunakan Kafrua Hyper System.
