Virus Cacar Monyet Mudah Bermutasi dalam Penularannya, Simak Penjelasannya

- 20 Agustus 2022, 20:29 WIB
Ilustrasi cacar monyet
Ilustrasi cacar monyet /Muhammad Basir-Cyio/hellosehat.com


RESPONSULTENG - dr. Robert Sinto, Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, menyebutkan virus Monkeypox telah bermutasi dengan sangat cepat.

Data tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh sekelompok peneliti di Amerika Serikat, bahwa di tahun 2022 rata-rata ditemukan 50 mutasi strain baru Monkeypox dibandingkan dengan tahun 2018 sampai 2019.

Mutasi ini, kata dr. Robert terlihat dari perbedaan karakteristik antara Monkeypox di negara endemis seperti Kamerun, Benin, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Gabon, Ghana (hanya diidentifikasi pada hewan), Pantai Gading, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, dan Sierra Leone dengan negara non endemis, sebagaimana dirilis oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI melalui laman www.kemkes.go.id.

Baca Juga: Pemeriksa Keuangan Akan Terlibat Secara Langsung Untuk Mengawal Penyertaan Modal Negara (PMN)

''Itu kenapa muncul hipotesis mengapa tampilan klinisnya agak berbeda dengan tampilan klinis yang kita temukan di Africa dalam beberapa bulan terakhir,'' kata dr. Robert Sinto pada keterangan pers Update Perkembangan Cacar Monyet di Indonesia yang dirilis oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI di laman www.kemkes.go.id.

Dikatakan Robert, sebelumnya gejala Monkeypox di negara endemis terlihat dari lesi kulit yang menyebar di seluruh tubuh. Namun setelah terjadi mutasi, lesi kulit hanya terlihat di beberapa bagian tubuh saja seperti mulut, telapak tangan, muka, dan kaki.

Perbedaan lainnya, Monkeypox di Afrika dapat menginfeksi semua kelompok umur mulai dari anak-anak hingga lansia. Sementara karakteristik Monkeypox di negara non endemis, kasus Monkeypox didominasi oleh laki-laki dengan rata-rata usia sekitar 37 tahun.

Baca Juga: Obat Cantengan yang Bisa Selamatkan Kuku Anda

''Meski banyak dialami laki-laki, namun penyakit ini tidak segmented. Semua orang memiliki potensi tertular virus ini. Saat ini masih dilakukan penelitian oleh WHO,'' lanjut dr. Robert.

Selain menyebabkan perubahan karakteristik virus, strain baru Monkeypox diduga juga mengubah cara penularan sehingga lebih cepat menular. Hal ini menyebabkan kenaikan kasus yang signifikan di berbagai negara.

Berdasarkan data WHO per 27 Juli, Monkeypox telah menginfeksi sekitar 17.150 orang di 75 negara dengan tingkat kematian mencapai 11%. Angka ini mulai meningkat pada Juli 2022.***

Editor: Muhammad Basir-Cyio

Sumber: www.kemkes.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah