Kenali Pola Asuh Overparenting yang Wajib Dihindari

1 Juli 2022, 20:42 WIB
Ilustrasi orang tua dan anak. (Foto oleh Pixabay) /Nur Aliem Halvaima /

RESPONSULTENG - Pola asuh orang tua menjadi hal yang sangat penting untuk mengarahkan seorang anak sekaligus membentuk kepribadian anak tersebut.

Keluarga sebagai tempat pertama seorang anak bertumbuh memiliki peran yang sangat penting untuk membangun pola pikir anak.

Maka pola asuh yang benar harus diterapkan untuk bisa menghasilkan seorang anak yang memiliki kualitas mental dan intelektual yang baik.

Baca Juga: 13 Hari Melawan Penyakit, Menpan RB Tjahjo Kumolo Tutup Usia

Dikutip responsulteng dari Alodokter bahwa menerapkan pola asuh yang tepat untuk anak memang bukanlah hal yang mudah.

Terkadang, tanpa disadari orang tua bisa saja melakukan kesalahan dalam mengasuh anak.

Salah satunya adalah menerapkan pola asuh overparenting yang justru bisa membentuk karakter yang buruk pada anak.

Pola asuh overparenting adalah pola asuh yang cenderung berlebihan dalam melindungi dan mengatur segala sesuatu tentang anak, bahkan hal kecil sekali pun.
Pola asuh ini merupakan istilah lain dari pola asuh helikopter dan overprotective.

Orang tua yang menerapkan pola asuh overparenting biasanya beralasan ingin memberikan yang terbaik untuk buah hatinya.

Baca Juga: Insiden Pembunuhan di Kali Pesanggrahan Jakarta, Begini Kronologinya

Mereka juga diselimuti rasa khawatir yang berlebihan terhadap masa depan anak dan ketakutan jika diabaikan atau tidak dihormati oleh anak.

Adapun ciri-ciri orang tua yang menerapkan pola asuh overparenting yang penting untuk dikenali, yaitu:

1. Mengatur seluruh aspek kehidupan anak
Karena merasa mengetahui apa yang terbaik untuk anak, orang tua yang overparenting akan mengatur dan membuat keputusan untuk seluruh aspek kehidupan anak. Mereka akan berusaha memproteksi anaknya dari segi fisik, mental, dan emosional.

2. Memiliki kekhawatiran yang berlebihan
Orang tua yang overparenting memiliki kekhawatiran yang berlebihan terhadap anak. Karena kekhawatiran ini, mereka cenderung tidak memberikan kesempatan anak untuk melakukan sesuatu yang disukai, mencoba hal-hal baru, atau bahkan menyerukan pendapatnya.

Biasanya hal tersebut dapat memicu pertengkaran antara orang tua dan anak, terlebih jika sang anak sudah beranjak remaja atau dewasa.

Baca Juga: Mark Tuan GOT7 Rilis MV Nostalgia Untuk Single Baru “imysm”

3. Tidak membiarkan anak merasakan kegagalan
Tidak membiarkan anak untuk mengalami kegagalan atau melakukan kesalahan juga biasanya menjadi salah satu ciri pola asuh overparenting.

Memang tidak ada orang tua yang suka melihat buah hatinya gagal. Namun, jika orang tua terus melindungi dan menyelamatkan anak setiap kali ada kesulitan atau masalah, anak tidak akan pernah belajar dari kesalahannya.

4. Terlalu memanjakan anak
Pola asuh overparenting biasanya terlalu memanjakan dan memberikan kesenangan yang berlebihan pada anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini mungkin akan melarang anak untuk melakukan pekerjaan rumah, seperti mencuci, menyapu, atau memasak. Akibatnya, anak yang diasuh dengan cara ini bisa menjadi kurang mandiri ketika dewasa.

5. Memberikan hadiah atau hukuman yang tidak sesuai
Selain memanjakan anak, orang tua overparenting kerap kali memberikan hadiah yang berlebihan. Mereka juga membuat aturan yang ketat dan memberikan hukuman yang tidak sesuai dengan kesalahannya, misalnya hukuman terlalu keras untuk pelanggaran yang ringan atau sebaliknya.***

Editor: Syalzhabillah

Sumber: Alodokter

Tags

Terkini

Terpopuler