Memiliki Keinginan Bisa Setara Dengan Wali ? Para Suami Dapat Amalkan Ini

- 31 Maret 2024, 09:47 WIB
Gus Baha
Gus Baha / Tangkap Layar YouTube.com/TVNU

RESPONSULTENG - Salah satu tokoh agama ternama, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang lebih dikenal dengan Gus Baha kini semakin banyak masyarakat yang mengidolakannya.

Netizen mengenalnya sebagai Gus Milenial. Sebutan yang diberikanpun bukan tanpa alasan, penjelasan dan logika yang disampaikan terkait agama dapat diterima oleh masyarakat.

Bahkan kaum milenial pun juga bisa memahami dengan sangat muda serta sangat baik setiap penjelasan dari Gus Baha.Topik yang disajikan juga adalah topik keseharian. Lekat dengan kondisi dan bahasan di tengah masyarakat.

Gus Baha merupakan salah satu ulama Nahdlatul Ulama (NU) yang berasal dari Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah.Termasuk saat ulama asal Rembang itu menjelaskan mengenai tingkatan wali.

Baca Juga: Puasa Muharram, Begini Niat dan Artinya

Pria yang mempunyai istri dengan sifat tertentu, ujar Gus Baha, harus bersyukur. Itu dapat mengantarkannya menjadi wali dengan tingkatan yang tinggi.

Dengan tingkatan tinggi yang dimiliki, seorang pria yang memiliki istri dimaksud harus ikhlas.

Untuk itu, keikhlasan perlu dimiliki dan ditunjukkan oleh seorang lelaki.

Dalam ceramahnya, santri dari Kiai Maimun Zubair itu mengatakan pria yang ikhlas dan sabar dapat digolongkan sebagai wali.

Terkait sabar, Gus Baha menguraikan tiga tingkatan kesabaran.

Baca Juga: Sambut Tahun Baru Islam, Berikut Amalan yang Paling Banyak Pahalanya di Bulan Muharram

Tingkatan sabar pertama adalah tidak mengeluh dengan keadaan. Karakter ini, ujar Gus Baha dimiliki oleh para tabiin.

Tabiin adalah angkatan sesudah sahabat nabi. Namun tabiin tidak pernah bertemu dengan nabi semasa hidupnya, ujar Gus Baha.

Tingkatan berikutnya adalah menerima segala hal yang menjadi ketentuan atau keputusan Allah SWT.

Tingkatan ini, kata Gus Baha merupakan tingkatan bagi orang zuhud.

Baca Juga: Menjelang Tahun Baru Hijriah, Begini Bacaan Doa Akhir dan Awal Tahun Baru Islam 1 Muharram

Lalu, tingkatan terakhir yaitu berbahagia meskipun semua masalah datang silih berganti.

Kebahagiaan itu datang dari hati karena sadar bahwa masalah yang datang merupakan ujian dari Allah SWT.

Ujian itu adalah bentuk kasih sayang karena Allah SWT masih memperhatikan hambanya.

Jika mendapatkan masalah, kata Gus Baha, harus tahu asal hadirnya masalah itu. Ikhlas menerima, dan malu jika protes atas ujian yang hadir.

Entah itu kemiskinan, ketidakjelasan, maupun kemalangan. Semuanya datang dari Allah SWT.

Jika diberi ujian, manusia harus ikhlas dan menerima dengan hati yang lapang.

Baca Juga: Ini Dzikir Yang Paling Disukai Allah SWT dan Sering Diamalkan Rasulullah SAW

Bahkan, jika sabar seseorang ada tingkat tertinggi, dia akan menghadapi masalah dengan semua ketidaknyamanan yang ada.

Kiai yang kini berusia 51 tahun itu menuturkan menerima qadha dan qadar Allah adalah manifestasi ibadah tertinggi.

Manusia akan sadar semua yang terjadi adalah ketetapan dan ketentuan Allah Sang Pemilik Alam Semesta.

Demikian juga, jika seorang pria mendapatkan istri yang pemarah dan judes. Itu juga adalah bentuk ujian dari Allah SWT.

Pria yang diberikan ujian itu mesti sabar dan ikhlas. Harus ingat kepada pemberi ujian itu.

Juga harus ingat Allah tidak menguji hambanya di luar kesanggupannya, dalam Al Baqarah ayat 286.

Pria itu harus memaklumi ada ketetapan dan ketentuan Allah. Maka pria harus memaklumi jika mendapatkan istri yang pemarah dan judes itu.

Baca Juga: Malam Satu Suro Dianggap Sakral, 4 Hal Ini Tidak Boleh Dilakukan

Jika pria yang mendapatkan istri pemarah dan judes itu bisa menerima dengan ikhlas, sabar, dan penuh tawakal, kata Gus Baha, pria ini statusnya dapat disamakan dengan wali pada tingkatan tertinggi.

Wallahualam.***

 

Editor: Syalzhabillah


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah