Jangan Takut Ketika Dighibahi atau Dizalimi

- 31 Januari 2024, 18:50 WIB
Ilustrasi seorang perempuan  sedang di ejek dan di hina oleh dua temannya./Pexels
Ilustrasi seorang perempuan sedang di ejek dan di hina oleh dua temannya./Pexels /

RESPONSULTENG - Ketika kita mendapat perlakukan tidak baik, dighibahi atau dizalimi orang lain atau saudara kita, pasti kita merasa sakit hati dan marah. Ada perasaan dendam dan ingin membalasnya bukan? Tapi, ternyata sikap yang baik ketika kita dizalimi adalah istighfar dan melakukan muhasabah dengan mengoreksi segala sikap, kelemahan, perbuatan dan kesalahan.

Bahkan, Imam An-Nawawi rahimahullah ketika mendapatkan perlakuan yang tidak baik atau dizalimi oleh orang lain, maka dilakukan beliau justru menyalahkan dirinya sendiri.

Kenapa demikian? Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri Hafizhatullah dalam laman Instagram mengatakan, mental yang ditunjukkan Imam An-Nawai bukan mental menyalahkan orang lain, melainkan mental mulia, yaitu "Istighfari" dan "muhasabah." Seperti, "Dosaku apa nih? Khilafku apa nih? Maksiatku apa nih? (sehingga orang lain menzalimiku)."

Karena itu, lanjut Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, hendaknya pula kita berterima kasih kepada orang yang telah menzalimi kita. "Karena kalau mindset kita akhirat, mau kita dicurangi, dicaci-maki, dighibahi, difitnah atau dizalimi orang-orang, maka kita akan senang riang gembira,"paparnya. Kok malah senang? Kenapa gak marah? Kenapa harus marah? Bukankah orang yang menzalimi kita itu akan mentransfer pahalanya pada hari kiamat? Kok dikasih pahala, marah?

Baca Juga: Profil Singkat Herlin, Penyuluh Agama Islam di Kabupaten Singkawang, Kalimantan Barat

Selain itu, orang yang dizalimi dianjurkan untuk bersabar dalam agama meski sesungguhnya diperbolehkan baginya mengucapkan ucapan buruk.

Allah Ta'ala berfirman :

  لَا يُحِبُّ اللّٰهُ الۡجَــهۡرَ بِالسُّوۡٓءِ مِنَ الۡقَوۡلِ اِلَّا مَنۡ ظُلِمَ‌ؕ وَكَانَ اللّٰهُ سَمِيۡعًا عَلِيۡمًا‏

 “La yuhibbullahul-jahra bissu-i minal-qauli illa man zhulima. Wa kanallahu sami’an aliman,”.

Artinya: “Allah tidak menyukai perkataan buruk (yang diucapkan) secara terus terang kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Maha mendengar, Maha mengetahui,” (QS. An-Nisa : 148) Dalam kitab Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir karya Syekh Ahmad Syakir dijelaskan, berkata buruk ketika dizalimi memang diperbolehkan.

Namun alangkah mulianya apabila seorang hamba memilih bersabar dan mencoba memaafkan orang yang menzaliminya.

Halaman:

Editor: Syalzhabillah


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x